PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI GIZI SEIMBANG PADA BALITA



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat  Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam pembuatan makalah ini penulis telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.   Ibu Lohita Indu A, S.SiT sebagai dosen mata kuliah Promosi Kesehatan (PROMKES) yang telah memberi masukan.
2.   Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan, kritik dan saran dalam pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sudah berusaha secara maksimal dengan segenap pengetahuan dan kemampuan, tapi penulis menyadari masih banyak kekurangan baik materi maupun cara penulisannya. Maka dari itu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

                                                                           Semarang, 09 Oktober 2012

                                                                                                        Penulis
                                                           









BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Promosi kesehatan menurut Soekidjo, 2005 adalah upaya memasarkan, menjual, memperkenalkan pesan-pesan atau program-program kesehatan sehingga masyarakat menerima/”membeli”/mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut,yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
WHO (1984), merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi kesehatan, kalau pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku maka promosi kesehatan tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.
Lawrence Green (1984), Promkes adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.

Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
Menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2003 tedapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi); 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). WHO (World Health Organization) tahun 1999 mengelompokkan wilayah berdasarka prevalensi gizi kurang kedalam empat kelompok, yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%) dan sangat tinggi (≈ 30%).
Menurut pemerintah, angka kemiskinan pada 2006 mengalami penurunan, dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Namun, data dari Departemen Kesehatan (Depkes), menyatakan anak balita yang terkena gizi buruk melonjak dari 1,8 juta (2005) menjadi 2,3 juta anak (2006). Selain itu lebih dari 5 juta balita terkena gizi kurang. Lebih tragis lagi, dari seluruh korban gizi kurang dan gizi buruk tadi, sekitar 10% berakhir dengan kematian.
Sensus WHO menunjukkan bahwa 49 % dari 10,4 juta kematian balita di negara berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50 % balita di Asia, 30 % di Afrika dan 20 % di Amerika Latin menderita gizi buruk.
Berdasarkan uraian di atas yaitu mengenai tingginya kasus gizi buruk pada balita, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik ibu tentang status gizi balita di Desa Banyutowo Kendal.
B.  RUMUSAN MASALAH
Bagaimana prilaku ibu terhadap pemenuhan nutrisi gizi seimbang dan hubungannya dengan status gizi balitanya?





C.  TUJUAN
Tujuan umum :
Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup sehat dengan mengembangakan upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat.
Tujuan Khusus:
1.      Mmberdayakan individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat baik melalui pendekatan individu dan keluarga maupun melaui pengorganisasian dan pergerakan masyarakat.
2.      Menbina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.
3.      Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan.



















BAB II
TINJAUAN TEORI

1. PROMOSI KESEHATAN
A.  Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan kontrol dan mengembangkan kesehatan mereka.
Promosi kesehatan (pender, 1996) adalah pemberian motivasi untuk mencegah timbulnya penyakit, deteksi dini, menjaga keseimbangan fungsi tubuh dengan membatasi adanya penyakit.Selama 20 tahun terakhir, ada beberapa perbedaan pendapat tentang cara yang terbaik untuk promosi kesehatan. Promosi kesehatan tradisional, dibuat untuk merubah perilaku individu kearah gaya hidup yang lebih sehat dengan cara individu merasa nyaman dengan lingkungannya (Gillies, 1998)
B.  Tujuan
Tujuan umum :
1.    Meningkatkan pemahaman ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi gizi seimbang pada balita.
2.    Meningkatkan perilaku ibu untuk berperilaku memperhatikan kesehatan balita akan kecukupan gizi balita.
3.    Meningkatkan status kesehatan balita.
Tujuan khusus :
1.    Menjelaskan pada ibu mengenai gizi seimbang pada balita.
2.    Menjelaskan pada ibu prinsip gizi seimbang pada balita.
3.    Menjelaskan pada ibu cara pengolahan makanan.
4.    Menjelaskan pada ibu manfaat gizi bagi balita.
5.    Menjelaskan pada ibu kecukupan gizi balita.
6.    Menjelaskan pada ibu pengarug gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
7.    Menjelaskan pada ibu menu seimbang balita.
8.    Menjelaskan pada ibu triguna makanan gizi seimbang.
9.    Menjelaskan pada ibu manfaat asi untuk gizi seimbang.
10.Menjelaskan pada ibu gangguan makanan gizi seimbang.
C.  Sasaran
Sasaran Promosi Kesehatan adalah
1.    Individu, kelompok dan masyarakat.
2.    Berdasarkan tatanan : tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat umum, tempat kerja dan sarana kesehatan.
3.    Berdasarkan kelembagaan: organisasi kemasyarakatan/organisasi profesi/ LSM dan media massa, lintas sektor.
4.    Petugas kesehatan dan kader kesehatan.

D.  Media
Media yang kami gunakan untuk promosi kesehatan tentang Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Gizi Seimbang  pada Balita ini adalah
1.    Laptop
2.    Lcd







2. NUTRISI BALITA DENGAN GIZI SEIMBANG
A. Gizi Seimbang Balita
Gizi seimbang yaitu gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif, sehat optimal, tidak terganggu penyakit, dan tubuh tetap sehat. Gizi seimbang dapat dipenuhi dengan pemberian makanan
Balita adalah anak yang berumur 2 sampai 5 tuhan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kwalitas tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok lawan gizi, mereka mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. (sediaoetama 2000)

B.     Prinsip Gizi Balita:
1.    Balita menunjukkan pertumbuhan badan pesat,paling sering menderitagangguan gizi.
2.    Setelah satu tahun menu variasi utk cegahkebosanan.
3.    Makanan bentuk padat belajar mengunyah.
4.    Hindari pemberian susu saja, karena susu bukan pengganti makanan.
5.    Dipengaruhi gizi ibu saat hamil.
C.     Cara Pengolahan Makanan:
1.    Menu sama dengan orang dewasa makan bersama.
2.    Tidak pedas.
3.    Konsistensi lebih lunak.
4.    Memperhatikan menu seimbang (nasi, lauk hewanidan nabati, sayur, buah dan lebih baik ditambahsusu).
5.    ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun.
D.    Manfaat Gizi bagi Balita:
1.    Pengetahuan tentang gizi harus diketahui olehorang tua atau guru (bila sudah sekolah).
2.    Nutrien cukup untuk memelihara kesehatan ataumemulihkannya bila sakit.
3.    Mendidik kebiasaan makanan yang baik.
4.    Membiasakan untuk menyukai makanan bergizi.
E. Kecukupan Gizi Balita:
1. Energi yang terdiri ; 50-60% KH, 25-35% lemak,dan 10-15% protein.
2. Protein ; - 2,5-3 gr/Kg BB- Cukup asam amino essensial- Mudah cerna dan diserap- Kualitas protein tinggi untuk hewani.
3. Mineral & Vit-Kalsium dan pospor tulang dan gigi-Susu sapi sumber Ca dan P yang baik.
Kebutuhan gizi balita :
F.  Kebutuhan Cairan:
- 1 - 1,5 Ltr / hari.
- Dalam keadaan tertentu (infeksi, diare atau muntah) masukan cairan ditingkatkan.
G.    Pengaruh Gizi terhadap Pertumbuhan dan  Perkembangan:
1.    Kekurangan gizi>retardasi pertumbuhan, kelebihan gizi>obesitas> Morbiditas dan mortalitas.
2.    Peran ASI ; gizi tinggi, imunitas dan mendekatkan hubungan antara ibu dan anak.
3.    Monitoring pertumbuhan dengan  KMS cegah malnutrisi.
H.    Menu Seimbang Balita:
Berikut adalah satu contoh menu makanan sehat bayi usia 1 – 2 tahun:
Makanan Sehat Bayi Tim Tahu Lezat
Bahan :
1.   50 gr wortel yang sudah di parut
2.   50 gr tahu yang sudah dihancurkan
3.   50 gr tepung beras merah/ putih
4.   Garam dapur secukupnya
5.   500 cc air
6.   20 gr daun bayam yang diiris halus
7.   50 gr tomat diiris  kecil-kecil
8.   Gula pasir secukupnya

Menu makanan balita usia 2 sampai 5 tahun :
1.   Pagi Bubur beras atau roti oles mentega/margarinTelur, daging atau ikan satu gelas susu.
2.   Snack; biskuit, kue basah atau es krim.
3.   Siang nasi daging, ayam, ikan, telur, tahu atau tempe sayur , tomat, wortel, bayam.
4.   Snack; biskuit, kue basah atau es krim.
5.   Malam nasi atau roti oles mentega/margarin daging, ayam, ikan, tahu atau tempe sayur – mayur Buah atau puding satu gelas susu contoh menu.
I.       Triguna Makanan Gizi Seimbang
1.    Makanan sebagai zat tenaga (Karbohidrat dan Lemak) :  Makanan yang berfungsi untuk menghasilkan tenaga, untuk aktifitas sehari-hari. Contoh : berkerja dan berolaraga.
2.    Makanan sebagai zat pembagun (Protein) adalah makanan yang berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
3.    Makanan sebagai zat pengatur (Vitamin dan Mineral) adalah makanan yang berfungsi sebagai pengatur organ-organ tubuh untuk melaksanakan fungsinya secara teratur.
j.      Manfaat Asi Untuk Gizi Seimbang
1.    Untuk pertumbuhan dan perkembangan
2.    Mengandung zat kekebalan (Infeksi, mudah dicerna, mudah diberikan.
3.    Bersih dan tidak pernah basi.
4.    Menghindarkan diare.
5.    Menghisap asi dapat membantu pertumbuhan gigi dan langit-langit.
J.       Gangguan Makanan Gizi Seimbang
1.    Marasmus, yaitu bayi tidak mendapat cukup makanan dan menjadi kelaparan. Tanda-tanda bayi marasmus adalah barat badan balita dibawah garis dasar grafik BB, penipisan lemak (wajah seperti orang tua, diare).
2.    Kwasiorkhor, yaitu gangguan gizi akibat gangguan akibat kekurangan zat pembangun (protein) biasanya pada umur 1-3 tahun ditandai oleh garis pertumbuhan tidak naik dan penyusutan otot, bengkak pada mata, tungkai dan nafsu makan hilang.
3.    Marasmus kwasiorkhor, yaitu terjadi jika berat badan juga terdapat edema dan bengkak.
4.   Pika
Pika ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita menunjukkan nafsu makan terhadap berbagai atau salah satu obyek yang bukan tergolong maka, misalnya tanah, pasir, rumput, bulu, selimut wol, pecahan kaca, kotoran hewan, cat keing, dingding tembok dan sebagainya. Terdapat golongan anak dibawah umur 3 tahun, biasanya diatas 1 tahun, sebab bayi yang sedang belajar merangkak dan anak sapihan wajar bila suak memasukan benda-benda yang dipegangnya kedalam mulutnya.
5.      Keadaan tersebut merupakan gejqala normal, sebagai suatu tahap perkembangan oral dalam usaha memperoleh pengalaman keputusan dan mengadakan eksporasi dunia luar dengan jalan menggunakan mulutnya. Pada penderita pika, tingkah laku demikian sering disertai kesukaan untuk bermain dengan benda-beda kotor termasuk eksterna. Pika mungkin terdapat penderita yang menderita defisiensi gizi, mungkin pula pada penderita retardasi mental. Tetapi pika terdiri pengawasan yang ketat agar penderita tidak memakan benda-benda yang mungkin berbahaya untuk kesehatannay, misalnya mengakibatkan keracunan dan infeksi. Selain itu kepada penderita diberikan obyek yang tidak berbahaya, yang dapat digunakan untuk menggigit, mengunyah dan dipermainkan dengan mulutnya. Bila terdapat defisiensi izi, hendaknya diberikan terapi yang sesuai.
3.SASARAN                        
Melatih ibu dalam pemenuhan nutrisi gizi seimbang pada balitanya
Primer
Sekunder
Tersier
Program
Desa Banyutowo Kendal
Ibu dari balita
- Keluarga
- Suami
- RT
- RW
- Lurah
1.    Menjelaskan pada ibu mengenai gizi seimbang pada balita.
2.    Menjelaskan pada ibu prinsip gizi seimbang pada balita.
3.    Menjelaskan pada ibu cara pengolahan makanan.

4.    Menjelaskan pada ibu manfaat gizi bagi balita.
5.    Menjelaskan pada ibu kecukupan gizi balita.
6.    Menjelaskan pada ibu pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
7.    Menjelaskan pada ibu menu seimbang balita.
8.    Menjelaskan pada ibu triguna makanan gizi seimbang.
9.    Menjelaskan pada ibu manfaat asi untuk gizi seimbang.
10.Menjelaskan pada ibu gangguan makanan gizi seimbang.




4. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik              :Promosi Kesehatan Pemenuhan Nutrisi Gizi Seimbang pada Balita
Sasaran           : Semua ibu dan balita
Hari/tanggal    : Kamis,11 Oktober 2012
Jam                 : 08.00-10.00 WIB
Waktu             : 30 menit
Tempat            :Balai Desa Banyutowo Kendal

Tujuan
Tujuan umum :
1.    Meningkatkan pemahaman ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi gizi seimbang pada balita.
2.    Meningkatkan perilaku ibu untuk berperilaku memperhatikan kesehatan balita akan kecukupan gizi balita.
3.    Meningkatkan status kesehatan balita.
Tujuan khusus :
1.    Menjelaskan pada ibu mengenai gizi seimbang pada balita.
2.    Menjelaskan pada ibu prinsip gizi seimbang pada balita.
3.    Menjelaskan pada ibu cara pengolahan makanan.
4.    Menjelaskan pada ibu manfaat gizi bagi balita.
5.    Menjelaskan pada ibu kecukupan gizi balita
6.    Menjelaskan pada ibu pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
7.    Menjelaskan pada ibu menu seimbang balita.
8.    Menjelaskan pada ibu triguna makanan gizi seimbang.
9.    Menjelaskan pada ibu manfaat asi untuk gizi seimbang.
10.Menjelaskan pada ibu gangguan makanan gizi seimbang.


SUB TOPIK
1.        Gizi seimbang pada balita.
2.        Prinsip gizi seimbang pada balita.
3.        Cara pengolahan makanan.
4.        Menjelaskan pada ibu manfaat gizi bagi balita.
5.        Kecukupan gizi balita.
6.        Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
7.        Menu seimbang balita.
8.        Triguna makanan gizi seimbang..
9.        Manfaat asi untuk gizi seimbang.
10.    Gangguan makanan gizi seimbang.
 METODE
1. Persentasi
2. Tanya jawab
 MEDIA
       LCD Power Point

 MATRIKS KEGIATAN
No
Waktu
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan peserta
1.
 5 menit
Pembukaan :
         Memberi salam
         Menjelaskan tujuan pembelajaran.
         Menyebutkan materi / pokok bahasan yang akan disampaikan
    Menjawab salam
    Mendengarkan dan memperhatikan
2.
15 menit
Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur.
Materi :
1.    Gizi seimbang pada balita.
2.    Prinsip gizi seimbang pada balita.
3.    Cara pengolahan makanan.
4.    Menjelaskan pada ibu manfaat gizi bagi balita.
5.    Kecukupan gizi balita.
6.    Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
7.    Menu seimbang balita.
8.    Triguna makanan gizi seimbang..
9.    Manfaat asi untuk gizi seimbang.
10.   Gangguan makanan gizi seimbang.
    Menyimak dan memperhatikan
3.
9 menit
Evaluasi :
Meminta kepada ibu menjelaskan atau menyebutkan kembali :
1.    Gizi seimbang pada balita.
2.    Prinsip gizi seimbang pada balita.
3.    Cara pengolahan makanan.
4.    Menjelaskan pada ibu manfaat gizi bagi balita.
5.    Kecukupan gizi balita.
6.    Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan.
7.    Menu seimbang balita.
8.    Triguna makanan gizi seimbang..
9.    Manfaat asi untuk gizi seimbang.
10.    Gangguan makanan gizi seimbang.
    Bertanya dan menjawab pertanyaan.
4.
1 menit
Penutup :
Mengucapkan terima kasih dan mengucapkan salam.
- Menjawab salam
                                                                     

Semarang, 10 Oktober 2012
Narasumber,


Irawati
















SASARAN     :
 Ibu-ibu yang mempunyai balita di Desa Banyutowo, Kendal.
Jumlah peserta :
-Ibu                 :100 orang
-Bayi               :100 orang
- Peserta lain    :20 orang
Terdiri dari :
1.        SD            : 40 orang
2.        SMP         : 30 orang
3.        SMA        : 25orang
4.        PT             :  5 orang
DATA EPIDEMOLOGI
Menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2003 tedapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi); 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). WHO (World Health Organization) tahun 1999 mengelompokkan wilayah berdasarka prevalensi gizi kurang kedalam empat kelompok, yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%) dan sangat tinggi (≈ 30%).
Menurut pemerintah, angka kemiskinan pada 2006 mengalami penurunan, dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Namun, data dari Departemen Kesehatan (Depkes), menyatakan anak balita yang terkena gizi buruk melonjak dari 1,8 juta (2005) menjadi 2,3 juta anak (2006). Selain itu lebih dari 5 juta balita terkena gizi kurang. Lebih tragis lagi, dari seluruh korban gizi kurang dan gizi buruk tadi, sekitar 10% berakhir dengan kematian.
Sensus WHO menunjukkan bahwa 49 % dari 10,4 juta kematian balita di negara berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50 % balita di Asia, 30 % di Afrika dan 20 % di Amerika Latin menderita gizi buruk.
DATA DEMOGRAFI
Nama Desa             : Desa Banyutowo Kendal
Jumlah penduduk  : 1500 orang
                                Laki-laki: 700 orang
                                 Perempuan 800 orang
Batas Desa             : Batas utara Desa Bandengan
                                 Batas Timur Desa Jaro
                                 Batas Barat Desa Ketapang
                                 Batas Selatan Desa Karangsari
Keadaan Desa        : Jalan dalam kondisi baik tidak ada hambatan.
                                 Lingkungan bersih, banyak pepohonan.
5.    EVALUAASI
Tanya jawab

6.    LAMPIRAN MATERI
A. Pemenuhan Gizi Pada Balita
1. Mengenal Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
3. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
4. Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.


1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
5. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
6. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.


f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1)  Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2)  Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
4) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
a.       Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
b.      Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
c.       Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
d.      Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak.
e.       Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
f.       Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
B. Menu Makanan Balita
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
• Pukul 06.00 : Susu
• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 14.00 : Susu
• Pukul 16.00 : Makanan selingan
• Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
• Pukul 20.00 : Susu
D. Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Balita
• Perhitungan Berat Badan Ideal
Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir
Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemenuhan Kebutuhan gizi balita yang mengalami gizi kurang yang merupakan kasus dalam penelitian ini memang masih sangat minim. Motivasi masyarakat terhadap pemenuhan gizi keluarga terutama pada anak usia balita cukup tinggi, katidak berdayaan ekonomi keluarga menjadi penghambat motivasi tersebut, bahkan menimbulkan budaya baru menyebabkan masyarakat terbiasa dalam pemenuhan kebutuhan gizi balitanya sesuai apa adanya. Faktor budaya yang melekat secara turun temurun masih dianut sebagian besar responden. Kurangnya informasi secara akurat menyebabkan masyarakat suiit untuk merubah kebiasaan dan kepercayaan tersebut kearah perilaku sehat yang lebih produktif dan menguntungkan kesehatan keluarga terutama pada anak usia balita Perilaku orang tua masih sangat minim dalam pemenuhan kebutuhan.
B. Saran
Perlunya partisiaktif semua pihak dalam sosialisasi program Kadarsi secara komprehensif di masyarakat dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat dalam memaksimalkan upaya pemenuhan gizi keluarga. Mengintensifkan penyebaran informasi tentang cara yang efektif untuk memberikan makanan yang memadai sesuai kebutuhan dalam keluarga melalui penyuluhan tentang gizi.





DAFTAR PUSTAKA
Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara.

Hartono, Bambang. 2005. Profil Promosi Kesehatan 2005. Jakatrta.

Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Asuhan Hamil Normal. Jakarta: EGC.


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar