Anatomi dan Fisiologi Payudara



A.    STRUKTUR ANATOMI PAYUDARA
Payudara wanita disebut juga dengan “ Grandula Mammaria “ adalah alat reproduksi tambahan.
Payudara (mammae, susu) adalah kalenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk menutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kalenjar payudara, yang beratnya lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.


1.    LETAK
Secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan VI, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan subkutan superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior dan obliqus eksterna.

Anatomi dan fisiologis laktasi



2.    BENTUK  DAN UKURAN
Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas fungsionilnya seperti apa yang didapatkan pada masa sebelum pubertas, pubertas, adolesen, dewasa, menyusui dan multipara.
Kedua payudara tidak selalu mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Bentuk payudara mulai terbentuk lengkap satu atau dua tahun setelah menstruasi pertamakali. Hamil dan menyusui akan menyebabkan payudara bertambah besar dan akan mengalami pengecilan (atrofi) setelah menopause.
Payudara akan  menutupi sebagian besar dinding dada. Payudara dibatasi oleh tulang selangka (klavikula) dan tulang dada (sternum). Jaringan payudara bisa mencapai ke daerah ketiak dan otot yang berada pada punggung bawah sampai lengan atas (latissimus dorsi).
Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Berbagai bangsa, golongan dan zaman juga menunjukkan bentuk dan ukuran payudara yang berlainan, misalnya pada wanita nulipara yang berumur 16-21 tahun golongan etnik Maluku paling banyak menunjukkan bentuk hemisferik (separuh dari bulatan), bila dibandingkan dengan golongan etnik Cina dan Jawa yang masing-masing menunjukkan 76,47%; 71,75%; 63,29%. Tetapi sebaliknya golongan etnik Jawa paling banyak menunjukkan bentuk konikal (agak kerucut) daripada golongan etnik Maluku dan Cina, masing-masing 20,23%; 17,65%; 2,17%. Ukuran payudara rata-rata mahasiswa tahun 1975 sekitar 3,03 Lipiec, sedangkan siswa SMP tahun 1980 adalah 5,0 Lipiec, maka dapat disimpulkan bahwa memang ada kecenderungan membesarnya payudara pada generasi yang mendatang. Di samping itu juga ada perbedaan di antara warna, bentuk dan luas kalang payudara (areola mammae) serta lokasi dan bentuk putingnya, malah ukuran dari kedua payudara kanan dan kiri pada seseorang pasti jarang yang sama.


B.     STRUKTUR MAKROSKOPIS
Caudal Axilari Adalah jaringan payudara yang meluas ke axila
1.      Corpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darahLobulus, yaitu kumpulan dari alveolusLobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobuspada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

2.      Areolla
Daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit cokelat, dan warna tersebut menjadi gelap pada waktu hamil. Didaerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan disebut tuberculum montgomery.
Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya: Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap. Selama kehamilan warnanya akan menjadi lebih gelap dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna aslinya semula.
Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari Montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan yang dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di bawah ini kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu. Luasnya kalang payudara bisa 1/3 - 1/2 dari payudara.

3.      Papilla mammae
Adalah bagian yang menonjol di puncak payudara.Terletak di pusat areola mammae setinggi iga ( costa ) ke-4. papilla mammae merupakam suatu tonjolan dengan panjang kira- kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang- lubang berupa ostium papillare kecil- kecil yang merupakan muara duktus lactifer. Duktus latifer ini di lapisi oleh epitel.
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknyapun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normalpendek/datar, panjang dan terbenam(inverted).


C.     STRUKTUR MIKROSKOPIS
Payudara terdiri dari 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus, selanjutnya masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus.
Di daerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus. Tiap-tiap duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun oleh sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepithelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.

1.      Alveoli
Yang mengandung sel-sel yang mensekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang mensekresi air susu, disebut acini. Yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang (basket cell)atau sel laba-laba (spider cell). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu kedalam duktus lactifer.
2.      Tubulus laktifer
Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli

3.      Duktus laktifer
Saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer
4.      Ampulla
Bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola. Lanjutan masing-masing ductus lactifer
Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae



D.    TERJADINYA PRODUKSI ASI
Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Keduanya harus sama baiknya. Pada saat hamil payudara membesar karena pengaruh berbagai hormon, antara lain estrogen, progesteron, HPL, dan prolaktin. Hormon lain yang berfungsi memperlancar pembentukkan ASI (sintesa protein) adalah insulin, kortikosteroid,  tiroksin, dan lain-lain.
Di dalam bagan payudara terdapat bangun yang disebut alveolus, yang merupakan tempat dimana air susu diproduksi. Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), dimana beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya semua saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya semua saluran yang besar ini memusat ke dalam putting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
1.      Hormon Prolaktin
Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu

Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui.  Jadi setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini, sudah tersedia dalam payudara, pada muara saluran ASI.
Sederhananya, mekanisme produksi susu dalam payudara prinsipnya mirip dengan tanaman teh atau tanaman kembang kertas. Jika kita memetik pucuk teh atau kembang kertas, maka akan tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah cabang baru. Jadi semakin sering dipetik, semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak akan ada cabang baru.
Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi ASI.
2.      Hormon Oksitosin
Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada Prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara. Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui pembuluh menuju muara saluran ASI. Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks pelepasan ASI.
Produksi Hormon Oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari payudara. Hormon oksitosin juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi ketika ibu mendengar suara bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis bayi, sentuhan bayi, atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu memikirkan betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar.
Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami kesulitan memperoleh ASI karena harus mengandalkan hanya pada kekuatan sedotan menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh sedikit ASI. Kadang-kadang hal ini membuatnya frustasi, dan kemudian menangis. Peristiwa ini kelihatannya seperti seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal tidak. Payudara tetap memproduksi ASI, tetapi ASI tidak mengalir keluar. Jadi perkara refleks pelepasan ASI ini sangat penting bagi bayi.
Pada beberapa wanita, mulai kehamilan 5 bulan kadang-kadang keluar cairan yang di sebut kolostrum, dan ini tidak apa-apa.
reflek fisiologi menyusui



E.     REFLEK YANG PENTING DALAM PROSES LAKTASI
Ada 2 refleks yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran. Kedua refleks ini bersumber dari perangsangan putting susu akibat isapan bayi.
1.    Refleks prolaktin
Seperti telah dijelaskan diatas, dalam putting susu banyak terdapat ujung saraf peraba. Bila ini dirangsang, maka akan timbul implus (aliran listrik) yang menuju hipotalamus selanjutnya kekelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon inilah yang memegang peran utama dalam produksi ASI di tingkat afeolus. Dengan demikian mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak pula produksi ASI.
Gambar 1. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin
Add caption
2.    Refleks Aliran (Let down reflex)
Rangsangan yang berasal dari putting susu, tidak hanya diteruskan sampai kekelenjar hipofisis depan, tetapi juga kekelenjar hipofisis bagian belakang. Akibatnya bagian ini mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga asi di pompa keluar. Makin sering menyusui, pengkosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, dan menyusui makin lancar. Saluran asi yang mengalami bendungan tidak hanya mengganggu penyususan, tetapi juga mudah terkena infeksi.
Dengan keluarnya oksitosin, hormon ini akan memacu otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu merasa mulas pada hari pertama menyusu ini adalah mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim ke bentuk semula.
Gambar 2. Proses pengaliran ASI/ refleks oksitosin

F.      REFLEK YANG PENTING DALAM MEKANISME HISAPAN BAYI.
1.      Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bibir  bayidirangsang dengan  papilla  mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.

2.      Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
3.      Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar